Tuesday, May 13, 2008

Sarapan Se-”Mangkuk” Bandung di Punclut


Wisata

Sarapan Se-”Mangkuk” Bandung di Punclut

(by : Yulvianus Harjono)

Pagi-pagi buta, ribuan orang telah memadati kawasan itu. Ada yang berpakaian training sambil berjogging ria, sebagian lagi asyik menjinjing tas belanjaan. Satu kesamaannya : mereka berburu sajian istimewa sarapan ”mangkuk” Bandung yang hanya satu-satunya di Indonesia.

Puncak Ciumbuleuit Utara, nama kawasan itu. Warga biasa menyebutnya Punclut. Wilayah ini merupakan dataran tertinggi terdekat di Kota Bandung. Jaraknya 7 kilometer dari pusat Kota Bandung. Atau, 3 km dari kawasan belanja Cihampelas. Letak strategis itulah menjadikan Punclut salah satu daerah wisata favorit kaum urban di akhir pekan.

Udara di sekitarnya masih sangat segar. Bahkan, jika pagi-pagi betul ke sini, kita masih bisa menikmati halimun atau kabut yang perlahan naik ke udara. Di tempat inilah pengunjung betul-betul dapat memahami, membuktikan sendiri, mengapa para ahli kerap menyebut Bandung sebagai mangkuk geografis.

Layaknya berdiri di tepi mangkuk raksasa, anda bisa melihat bebas pemandangan Kota Bandung dan pegunungan yang mengelilinginya. Menatap ke arah selatan, kita bisa melihat deretan pegunungan Malabar, Patuha, dan Waringin layaknya benteng geografis mengurung Bandung. Jika beruntung, cuaca tengah cerah, plus mata anda masih bagus, kita dapat menyaksikan landmark Kota Bandung macam Jembatan Layang Surapati dan Menara Kembar Masjid Raya Jabar di Alun-alun Kota.

Dan, semua itu bisa dinikmati secara gratis! Berbeda dengan kawasan Bukit Dago Pakar yang sudah dikapling (dimiliki) pengusaha, baik restoran atau cafe. Di Punclut, ada beberapa spot yang strategis untuk melihat pemandangan. Antara lain, di tebing Tanjakan Punclut, tebing Pemancar RRI, dan ladang jagung di kanan jalan (300 meter setelah RRI). Namun, tentunya tidak nikmat jika menyaksikan pemandangan dengan perut kosong.

Saatnya sarapan sesungguhnya. Di sepanjang Jalan Punclut (Bukit Raya), banyak warung yang menyajikan makanan khas. Salah satunya, nasi timbel. Uniknya, nasi yang disajikan ini bukan seperti biasanya. Melainkan, terbuat dari beras hitam, kadang merah. Keistimewaan nasi gurih yang didatangkan dari Subang ini adalah memiliki karbohidrat yang rendah. Sehingga, baik bagi penderita diabetes.

Variasi pepes

Pada lauknya, sajian beragam jenis pepes, mulai dari teri, tahu, oncom, ayam, jamur, belut, sampai jengkol dijamin bakalan mengundang selera dan rasa penasaran. Harganya terjangkau. Nasi hitam dijual Rp 3 ribu per porsi, sementara pepes mulai Rp 1.000 hingga Rp 6.000. Jika berniat menjadikannya oleh-oleh, beras merah bisa dibawa pulang dengan harga Rp 10 ribu per kg. Penganan khas lainnya, yaitu keripik punclut dari singkong, ubi, pisang dan talas beraneka rasa seharga Rp 4 ribu per kg.

Wisata tidak hanya berhenti di sana. Jika anda hobi jogging atau suka berolahraga ada baiknya melanjutkan perjalanan melalui track curam, menanjak, hingga ke Lembang sejauh 10 km. Atau, melewati Cipicung Hilir dan tembus ke Dago Pakar. Jika malas jalan kaki, bisa memakai jasa kuda tunggang dengan tarif Rp 10.000. Atau, justru ingin cicipi ATV (all terrain vehicle) ? Tepat di samping Pemancar RRI terdapat Rental ATV dengan tarif sewa cukup Rp 5 ribu per putaran. Tidak jauh dari situ, pengunjung bisa menonton kebolehan crosser-crosser IMI Jabar yang berlatih di trek khusus seluas 1,5 hektar.

Kepuasan tentunya tidak lengkap tanpa menyempatkan diri berbelanja. Seminggu sekali, tiap akhir pekan, ratusan pedagang kaki lima dari berbagai penjuru dan sentra di Bandung berjualan di sepanjang Jalan Bukit Raya. Alhasil, jalan yang hanya seluas 3-5 meter itu penuh sesak pedagang dan pengunjung. Barang yang dijajakan itu beragam. Ala Gasibu (depan Gedung Sate) tiap Minggu pagi. Ada pakaian, tanaman hias, sepatu, DVD, jam tangan, barang-barang elektronik, peralatan rumah tangga, tanaman hias, kelinci dan marmut, hingga sayur-sayuran. Ada pula penganan khas macam oncom goreng, bandrek, galendo (olahan kelapa), pisang goreng raja, surabi, dan tutut. Harganya pun merakyat, Rp 500 sampai Rp 25.000.

Pendek kata, Punclut merupakan ”one stop” wisata. Satu tempat, beragam pesona. Dan yang pasti, murah meriah. Menjadikannya pusat wisata bagi berbagai kalangan, tidak hanya milik kaum berduit.(Kompas Copyright)

No comments: