Cara Instant Tenar di Jagat Maya
Tampil atau terkucil. Demikian pameo tegas yang muncul di era cyber atau yang disebut pula globalisasi 3.0 (generasi ketiga) ini. Siapa saja bisa populer, terkenal, dalam waktu singkat melalui jaringan sosial yang terbangun di dunia maya.
Band indie asal Bandung, Alone at Last, yang terakhir kali tampil memikat dalam acara LA Light Indiefest beberapa bulan lalu, patut berbangga hati. Klip video ”Amarah Senyum dan Airmata” yang berdurasi 4 menit 2 detik itu tampil sebagai salah satu klip terpopuler di situs pemutar video ternama : YouTube (www.youtube.com). Diakses oleh 23.293 pengunjung dalam waktu kurang dari satu tahun sejak video itu di-posting.
Dibandingkan video Lim Jeong-hyun yang sangat fenomenal, dimana diakses 9 juta netter di seluruh dunia hanya dalam waktu kurang setengah tahun di situs yang sama, prestasi Alone at Last yang mengusung musik beraliran Emo (emosional) ini memang masih sangat jauh. Namun, keberadaannya mampu mengalahkan klip dari band-band ternama asal Bandung macam She, Nineball, dan The Changcuters.
Sebagai salah satu situs video sharing, akhir-akhir ini YouTube tengah naik daun. Berdasarkan riset ComScore (lembaga pemeringkat situs) pada Mei 2006, popularitas situs ini sangatlah cepat. Dalam satu bulan itu, pengunjung mencapai 12,6 juta. Hampir saja menyamai perolehan Facebook (www.facebook.com), salah satu situs pencari kawan asal Amerika Serikat, yaitu dengan tingkat kunjungan 14 juta orang.
Pemanfaat terbesar layanan video upload secara gratis ini mayoritas grup band, termasuk juga di Bandung. Band yang merasakan besarnya manfaat layanan pembentuk jaringan di dunia maya ini salah satunya The Super Insurgent Group of Intemperance Talent (The SIGIT). Band yang bermarkas di sebuah daerah di Jalan Pahlawan, Bandung, ini berhasil menggandeng label asing asal Australia, FFCUTS & Caveman!, semata-mata akibat jasa situs MySpace (www.myspace.com).
Menurut Manajer The SIGIT, Gino Herryansyah (26), major label negeri kanguru itu tertarik mengikat kontrak rekaman dengan The SIGIT pada tahun 2006 setelah mereka melihat posting demo video yang di-upload di situs Myspace. Lewat situs ini pula mereka dipincut sebuah lembaga promotor di Inggris untuk tampil di negeri itu. Secara rutin, The SIGIT tampil di Australia. Pernah juga di Singapura.
Murah dan efektif
”Ini (MySpace) merupakan media promosi yang sangat murah dan efektif buat kami. Asal betah saja di depan komputer. Biayanya paling-paling untuk akses internet,” ujar Gino, Jumat (23/5). Mereka pun rajin untuk upload klip terbaru dan aktivitas mereka di Myspace dan Youtube. Di Youtube misalnya, ada sedikitnya 8 video klip hasil posting mereka.
Informasi lengkap mengenai profil, karya, jadwal kegiatan atau pentas, informasi album dan pernik, hingga dokumentasi foto mereka tersaji di Myspace. Tidak hanya itu, layanan situs yang diakses sedikitnya 40 juta orang tiap bulan ini memberikan jasa yang memungkinkan mereka menerima komentar dan masukan dengan penggemar langsung. Profil mereka di shared hosting gratis ini telah dikunjungi 137.368 orang. Jaringan teman sebanyak 8.049 profil.
Band pengusung aliran rock and roll progresif ini jauh dari yang namanya gaptek. Bagaimana tidak, para personilnya adalah jebolan kampus-kampus top bidang teknik di Bandung salah satunya Institut Teknologi Bandung. Salah satu personilnya, Aditya Bagja, yang meraih gelar sarjana teknologi informasi dari Maranatha, merupakan sosok yang cukup berperan dalam mendongkrak popularitas mereka via dunia maya. Karena, ia sangat rajin posting dan mengembangkan situs mereka di internet.
Di internet, masih banyak layanan lainnya yang memungkinkan seseorang tenar seketika. Selain Myspace dan Youtube yang sangat populer, masih ada situs free domain (cuma-cuma) pembangun jaringan sosial lainnya yang bisa dimanfaatkan netter macam Friendster (www.friendster.com), Wordpress (www.wordpress.com), Multiply (www.multiply.com), dan Blogspot (www.blogger.com).
Budaya tampil
Menurut Head of Digital Business PT Telkom Widi Nugroho yang juga ikut menangani Indigo (Indonesia Digital Content) fenomena pemanfaatan jaringan sosial ini berhubungan dengan munculnya budaya tampil yang dimungkinkan dari pesatnya perkembangan teknologi digital, khususnya internet.
Kalangan hobis atau komunitas tertentu dengan difasilitasi media internet, membentuk sub-sub kultur baru. Sisi positifnya, ungkapnya, fenomena budaya tampil ini merangsang tumbuhnya insan-insan kreatif pada pelbagai bidang. Pada akhirnya, akan menciptakan industri-industri kreatif baru.(Kompas Copyright/Publish @ Kompas Daily, May 24, 2008))
No comments:
Post a Comment