Tuesday, May 13, 2008

Menu ”Sajian” Khas itu Bernama Jazz

Menu ”Sajian” Khas itu Bernama Jazz

(by : Yulvianus Harjono)

Almarhum Bill Saragih, musisi jazz kondang tanah air, konon pernah berujar Bandung itu ”ibukotanya” jazz. Musik jazz begitu akrab di kota ini. Tua dan muda bisa menikmatinya. Tidak heran jika kafe dan resto berlomba-lomba menyajikan live jazz sebagai daya pikat.

One stop relaksasi, itulah kuncinya. Menikmati live jazz sambil bercengkerama, mencomot hidangan lezat, atau larut dalam suasana di kafe atau resto tentu punya greget berbeda. Sekat-sekat eksklusif misalnya, seakan lenyap tatkala penonton itu berinteraksi, request, atau nge-jam bareng sang performer.

Lihat saja di Prefere72, Dago, Bandung. Berkat ramuan suasana yang cozzy, jazz di kafe ini mulai masuk di kalangan anak-anak muda. Tidak lagi identik dengan eksekutif atau orang-orang berumur layaknya typical penggemar jazz konservatif pada umumnya. Di tempat ini, tiap Sabtu malam atau ketika ada event, anak-anak muda rela antre, berdiri, asal dapat menikmati jazz.

Salah satunya seperti terlihat saat perhelatan pemanasan Java Jazz Festival akhir pekan lalu yang menampilkan band fushion Andezz and Departure People. Menurut Manajer Preferre72 Andi Sinaga, jazz kini mulai bisa diterima anak-anak muda. Asalkan, jeli melihat selera. ”Jenis yang disukai tentunya tidak lagi mainstream macam swing. Tetapi, lebih smooth atau berbau akustik,” ucapnya. Di tempat ini, 60 persen pengunjung mahasiswa. Dari itu, separuhnya eksekutif muda.

”Kuping kita-kita ini memang belum terbiasa dengan yang tradisional (swing). Maka, jazz itu fleksibel, yang modern dan dicampur itu bisa lebih diterima,” ujar Lukman Hakim (23), penggemar jazz. Ia memberi apresiasi bagi kafe-kafe dan resto yang selama ini rutin menggelar live jazz. Bagi Andezz, pemusik, tidak ada pakem tertentu dalam jazz. Musik jenis ini memiliki jembatan luas dalam hal kreativitas. Jika ditanya soal alirannya, ia lebih suka menyebutnya crossover, yaitu paduan jazz dan elektronik (disko).

Prefere72 pernah menjawalkan rutin pertunjukkan jazz aliran swing tiap Minggu bernama SunJazz. Namun, entah karena peminatnya berkurang, ini ditiadakan. Ke depan, ungkap Andi, program ini akan dihidupkan lagi. Waktunya dipindah Jumat. Tentunya, itu dengan segmen jazz berbeda. Diakuinya, sebagai salah satu kendala, honor pemusik jazz itu rata-rata lebih mahal dari jenis kelompok lainnya, misal top fourty. Bisa tiga kali lipat. Musisi muda jazz ternama yang pernah tampil diantaranya d’Cinnamons, Mocca, Maliq & d’Essentials, Contra Indigo, dan Gorga & Dylan.

Jika Preferre72 lebih mengusung new-jazz, lain halnya dengan Atmosphere. Resto ini konsisten dengan label eksklusif dari jazz. Pertunjukkan jazz yang rutin diadakan tiap Selasa dan Kamis malam sengaja disuguhkan sebagai sajian pendamping bagi tamu-tamu eksekutif mereka yang senantiasa haus akan musik jazz.

”Di waktu-waktu ini, selalu ada tamu setia. Jumlah tabelnya 20-an. Mereka bahkan selalu menempati meja yang sama,” ujar Asisten Manajer Atmosphere Sumarlin Jasin. Band jazz yang tampil dikontrak setengah tahun. Saat ini, band itu salah satunya Whisper Note yang biasa memainkan jazzy tunes 1980-an. Dalam event tertentu, kafe ini juga tidak jarang mengundang jazzer papan atas macam Bubi Chan serta Ireng Maulana.

Imel Rosalin, musisi jazz serbabisa asal Bandung mengungkapkan, kafe atau resto punya arti penting bagi jazzer. Tempat aktualisasi, apresiasi, sekaligus pusat komoditas musik jazz. Jika hanya mengandalkan event atau festival, ketiga fungsi itu sulit diraih. Makin bermunculannya kafe dan resto di Bandung semestinya menjadi celah bagi musisi jazz untuk survive bahkan berkembang.

”Di kafe atau resto, kadang kita bisa jam dan dansa bareng pengunjung. Dari sana, mereka akan makin tertarik untuk membeli album kita,” ujar pendiri Imel Rosalin Trio yang telah menelurkan album jazz di Ladang Stroberi ini. Berbeda dengan di festival atau pentas tertentu, saat tampil reguler di kafe atau resto, ucapnya, performer mau tidak mau harus membuang idealismenya dan menuruti selera pasar. Kombinasi jazz-pop, smooth jazz, menjadi pilihan bijaksana.

Kafe atau resto lain di Bandung yang biasa menyelenggarakan pertunjukkan jazz diantaranya The Cellar, Budapest, Rumah Nenek, Sierra, dan Neocalista.(Kompas Copyright)

No comments: