Menakar Mental "Kere" Warga RI
Tulisan berikut ini bisa jadi sangat subyektif, dari sudut pandang Yulvi, yang hatinya lagi jengkel usai peristiwa di malam pergantian bulan.....
Selasa (30/6) malam. Menjelang waktu pergantian di bulan teristimewa buat saya....
Arloji menujukkan pukul 22.30-an, setiba di kos dari kantor. Kawan saya (bapak kos sebetulnya, cuman masih muda dan pangkeh) sudah memberi isyarat "hang out", begitu saya menenteng handuk menuju kamar mandi.
"Jul, mie ayam yuk," seru dia dari bawah (saya ada di Lt.2).
Hang out di sini adl istilah buat saya dan rekan-rekan di kos utk sekedar nongkrong mengisi waktu tengah malam di burjo atau warung makan kaki lima lainnya. Maklum, sesama anak kos dan "prajurit malam?...hehehe...(jadi curhat daily live neh...hehehe). Bocoran2...
well, waktu dan tempat disepakati...Segeralah kami meluncur, menunggang kuda besi berwarna biru...
Emang dasar jodoh (nasib ato apes?)...rencananya mau mampir ke tukang bakso solo, tiba2 aja pilihan saya jatuhkan ke warung Sate Padang di pinggir Jalan Suci (deket Jalan Jalaprang)...Motor diparkir tepat di depan warung, plus helm2nya...Situasi aman, motor dan perabotannya (???) masih dalam jangkauan pandangan mata...
Belum sampe sate hangat itu dihidangkan, tiba2 saya tersentak. Dengan sekejap, tiba-tiba dua pengendara motor (satunya boncengan), langsung menyambar helm fullface kesayangan saya. Campur aduk kaget, tidak percaya (kok orang nekat yak..?), apalagi itu di depan mata. Saya tdk langsung mengejar. Setelah "sadar", dipanas2i si tukang jualan di sekitarnya, barulah saya geber motor dan mengejar (tapi jangan bayangin film Ghost Rider ya?...hehe)...Ternyata, dah ngacir...Apes!!
Kesimpulannya : Ini sudah helm ketujuh saya yg hilang di kota kembang ini yang sebetulnya warganya sopan2 dan manis2. Bbrp thn lalu, helm serupa dicolong alias dimaling meski sudah saya kunci di bawah jok. Emang dasar maling punya sejuta akal, talinya itu diputus!!! Yang bikin saya heran, kejadian itu hilang di kampus Unpad Dipati Ukur-tempat orang digembleng mental dan akademisnya???.....Kejadian2 helm lainnya yang ilang mayoritas karena kelalaian dan terlalu percaya : taruh di motor tanpa dikunci dan raib digondol orang2 tdk beretika sekali lagi....
Dongkol, jengkel, mengutuki diri sendiri yang ceroboh....
full!Tempat yg kita rasa aman justru jadi titik terlemah kita untuk waspada...Ini pesan moral yang muncul dalam peristiwa ini. Sebagai gambaran penguat, sehari sebelum saya kecolongan helm yg menjadi penunjang kerja dan aktivitas sehari2 saya selaku "tukang keliling", rekan seprofesi dan juga apesnya se-kos juga, kehilangan HP Dopot seri terbaru yang dibelinya dengan gaji sebulan!!....Edannya (pisan!), HP itu ilang di kamar kos, saat doi tengah terlelap di pagi hari...Serupa seperti kasus lainnya, ini terjadi karena kelalaiannya mengunci kamar....
Saya yakin, Anda pun sedikit banyak pernah mengalami hal-hal serupa macam ini. Mulai dari kecopetan, kena tilep helem, kecolongan HP, mpe kena rampok. Terlepas kajian kriminologi, rentetan peristiwa macam ini bagi saya menunjukkan betapa memprihatinkannya mental sebagaian warganegara ini. Mental iri, oportunis, pragmatis dan menghalalkan segala cara. Atau, dengan kata lain, bermasalah dalam living values.
Seringkali kita tidak menyadari, mental2 macam ini telah mendarah daging. Betapa seringnya kita iri saat kawan sendiri mencapai sukses,Tidak jarangnya kita menyogok polisi saat kita kena tilang di jalan, hingga membeli "kerja" saat melamar pegawai negeri....Barangkali, mental utk memiliki hal atau barang yg tidak seharunya kita punya inilah yang menjadi biang merajalelanya praktik KKN di negeri ini. Padahal, aturan KUHP dan berbagai staatblad dari zaman Belanda dlu mengharamkan yg namanya praktik pencurian hingga KKN. Tetapi, apa daya?...
Melakukan mulai dari hal-hal kecil saja tidak takut, apalagi yang besar?....Dengan iming-iming tumpukan rupiah yang jauh lebih besar?....
Jika mental ini tidak segera dibenahi, berpulang dari diri sendiri, saya pesimis, negara ini dapat tumbuh dan berkembang layaknya gemeinschaft di negara lain. Gak usah menilik Jepang, RRC, atau Malaysia...Terlalu naif!...Jika perubahan itu tdk dimulai dari diri sendiri. Di negara lain, iri atau inferioritas diarahkans ecara positif untuk melecut semangat bersaing. Suskes dicontohkan Jepang dan RRC...
Satu-satunya yang bisa diandalkan adalah titah agama. Di agama saya, jelas-jelas mental priyayi macam di atas itu amat dibenci Tuhan. "Janganlah mengingini rumah sesamamu. Dan, jangan pula mengingini isterinya..." demikian sabda Tuhan di dalam 10 Perintah Allah yang disampaikan melalui Musa....
Tapi, selain berdoa, satu-satunya cara efektif menangkali diri dari dampak negatif orang-orang bermental kere ini adalah WASPADA....
waspada..waspada, kejahatan muncul juga karena kesempatan....!!!!
Selasa (30/6) malam. Menjelang waktu pergantian di bulan teristimewa buat saya....
Arloji menujukkan pukul 22.30-an, setiba di kos dari kantor. Kawan saya (bapak kos sebetulnya, cuman masih muda dan pangkeh) sudah memberi isyarat "hang out", begitu saya menenteng handuk menuju kamar mandi.
"Jul, mie ayam yuk," seru dia dari bawah (saya ada di Lt.2).
Hang out di sini adl istilah buat saya dan rekan-rekan di kos utk sekedar nongkrong mengisi waktu tengah malam di burjo atau warung makan kaki lima lainnya. Maklum, sesama anak kos dan "prajurit malam?...hehehe...(jadi curhat daily live neh...hehehe). Bocoran2...
well, waktu dan tempat disepakati...Segeralah kami meluncur, menunggang kuda besi berwarna biru...
Emang dasar jodoh (nasib ato apes?)...rencananya mau mampir ke tukang bakso solo, tiba2 aja pilihan saya jatuhkan ke warung Sate Padang di pinggir Jalan Suci (deket Jalan Jalaprang)...Motor diparkir tepat di depan warung, plus helm2nya...Situasi aman, motor dan perabotannya (???) masih dalam jangkauan pandangan mata...
Belum sampe sate hangat itu dihidangkan, tiba2 saya tersentak. Dengan sekejap, tiba-tiba dua pengendara motor (satunya boncengan), langsung menyambar helm fullface kesayangan saya. Campur aduk kaget, tidak percaya (kok orang nekat yak..?), apalagi itu di depan mata. Saya tdk langsung mengejar. Setelah "sadar", dipanas2i si tukang jualan di sekitarnya, barulah saya geber motor dan mengejar (tapi jangan bayangin film Ghost Rider ya?...hehe)...Ternyata, dah ngacir...Apes!!
Kesimpulannya : Ini sudah helm ketujuh saya yg hilang di kota kembang ini yang sebetulnya warganya sopan2 dan manis2. Bbrp thn lalu, helm serupa dicolong alias dimaling meski sudah saya kunci di bawah jok. Emang dasar maling punya sejuta akal, talinya itu diputus!!! Yang bikin saya heran, kejadian itu hilang di kampus Unpad Dipati Ukur-tempat orang digembleng mental dan akademisnya???.....Kejadian2 helm lainnya yang ilang mayoritas karena kelalaian dan terlalu percaya : taruh di motor tanpa dikunci dan raib digondol orang2 tdk beretika sekali lagi....
Dongkol, jengkel, mengutuki diri sendiri yang ceroboh....
full!Tempat yg kita rasa aman justru jadi titik terlemah kita untuk waspada...Ini pesan moral yang muncul dalam peristiwa ini. Sebagai gambaran penguat, sehari sebelum saya kecolongan helm yg menjadi penunjang kerja dan aktivitas sehari2 saya selaku "tukang keliling", rekan seprofesi dan juga apesnya se-kos juga, kehilangan HP Dopot seri terbaru yang dibelinya dengan gaji sebulan!!....Edannya (pisan!), HP itu ilang di kamar kos, saat doi tengah terlelap di pagi hari...Serupa seperti kasus lainnya, ini terjadi karena kelalaiannya mengunci kamar....
Saya yakin, Anda pun sedikit banyak pernah mengalami hal-hal serupa macam ini. Mulai dari kecopetan, kena tilep helem, kecolongan HP, mpe kena rampok. Terlepas kajian kriminologi, rentetan peristiwa macam ini bagi saya menunjukkan betapa memprihatinkannya mental sebagaian warganegara ini. Mental iri, oportunis, pragmatis dan menghalalkan segala cara. Atau, dengan kata lain, bermasalah dalam living values.
Seringkali kita tidak menyadari, mental2 macam ini telah mendarah daging. Betapa seringnya kita iri saat kawan sendiri mencapai sukses,Tidak jarangnya kita menyogok polisi saat kita kena tilang di jalan, hingga membeli "kerja" saat melamar pegawai negeri....Barangkali, mental utk memiliki hal atau barang yg tidak seharunya kita punya inilah yang menjadi biang merajalelanya praktik KKN di negeri ini. Padahal, aturan KUHP dan berbagai staatblad dari zaman Belanda dlu mengharamkan yg namanya praktik pencurian hingga KKN. Tetapi, apa daya?...
Melakukan mulai dari hal-hal kecil saja tidak takut, apalagi yang besar?....Dengan iming-iming tumpukan rupiah yang jauh lebih besar?....
Jika mental ini tidak segera dibenahi, berpulang dari diri sendiri, saya pesimis, negara ini dapat tumbuh dan berkembang layaknya gemeinschaft di negara lain. Gak usah menilik Jepang, RRC, atau Malaysia...Terlalu naif!...Jika perubahan itu tdk dimulai dari diri sendiri. Di negara lain, iri atau inferioritas diarahkans ecara positif untuk melecut semangat bersaing. Suskes dicontohkan Jepang dan RRC...
Satu-satunya yang bisa diandalkan adalah titah agama. Di agama saya, jelas-jelas mental priyayi macam di atas itu amat dibenci Tuhan. "Janganlah mengingini rumah sesamamu. Dan, jangan pula mengingini isterinya..." demikian sabda Tuhan di dalam 10 Perintah Allah yang disampaikan melalui Musa....
Tapi, selain berdoa, satu-satunya cara efektif menangkali diri dari dampak negatif orang-orang bermental kere ini adalah WASPADA....
waspada..waspada, kejahatan muncul juga karena kesempatan....!!!!
No comments:
Post a Comment