Sunday, June 29, 2008

Pencarian Matahari Cinta


Pencarian Matahari Cinta

Bukan sekali ini saja aku berbicara tentang matahari. Tidak lagi terhitung kata yang hadir dari dia.
Namun, tidak ada bosan-bosannya jua lidah ini mengecap pujian kepada matahari.
Sebuah cinta yang tidak ada habis-habisnya, meski kadang ia membuatku silau, terbakar dan bahkan mati tertikam bayangan gelap pekat yang tercipta dari sinarnya.

Karena, dialah sumber energi berbagai materi dan mahkluk hidup. Pusat konstelasi antarplanet sebuah sistem surya dalam jagat antariksa.
Titik-titik fragmen yang membuat rangkaian indah bimasakti, sebuah galaksi muda berbentuk spiral yang kita tinggali saat ini.
Menciptakan pemandangan spektakuler di langit yang selalu membuatku takjub akan Sang Pencipta dan karya2-nya.

Matahari pula yang membuatku terkagum-kagum akan supernova.
Sebuah peristiwa matinya bintang senja. Tapi, dari ledakan besar itu, akan tercipta lagi sebuah bintang muda baru.
Layaknya siklus kehidupan, misteri terbesar ciptaan Tuhan. Seperti Ia mencipta aku dan kamu. Akan terus abadi, dalam bentuk anak cucu dan kehidupan lain.

Aku masih duduk termenung di sini.
Di ruang berubin emas yang indah, menyala. Namun, dingin sampai menusuk tulang.
Aku kini tinggal di malam hari. Hanya ditemani bintang, sesekali meteor, dan beragam konstelasi galaksi yang membentuk terpal berwarna perak indah di angkasa.
Tidak ada langit biru, awan jingga, dan pelangi yang biasa aku suka
Karena, baru kemarin aku mengucapkan perpisahan kepada sang mentari jingga.

Aku melambungkan doa ke angkasa.
Meminta agar sekali ini saja Tuhan jelas menunjukkan matahari sejati mana yang bisa aku andalkan energinya utk menemani hidupku selamanya.
Sunyi....Tidak ada jawaban. Tidak ada suara. Hanya ada semilir angin yang makin dingin.
Aku butuh kekuatan Tuhan. Karena, berkali-kali aku pikiran dan emosi hati ini mengantarku ke mentari yang tidak tepat.

Aku pun mulai gelisah.
Membayangkan bagaimana caranya menemukan mentari sejati yang tepat.
Bagaimana tidak sulit? Di luar sana, di galaksi bima sakti saja, setidaknya ada 200 miliar mentari. Jauh lebih banyak dari penghuni bumi yang hampir 5 miliar ini.
Dari kejauhan, mereka pun terlihat serupa. Hanya skala kekuatan sinarnya yang berbeda. Ada yang putih, biru, kuning, merah, bahkan dwarf.

Aku tidak ingin terlalu lama tinggal di malam hari. Cinta rembulan kepadaku terasa semu.
Aku ingin segera menemui mentari.
Yang sinarnya bisa membuatku takjub.
Panasnya yang bisa meluluhkan mata hatiku yang dingin, bahkan beku.
Bukan sebaliknya, justru membuatku buta, terbakar, bahkan mati...
Okh, cukup....Aku tidak ingin seperti dulu lagi.

Sungguh aku mendambanya, lebih dari apa pun di jagat raya ini.

Saat aku mulai putus asa, terdengar suara dari ufuk timur.
Ternyata dia Bintang Kejora. Dia dijuluki Sang Bintang Timur.
Bintang yang menjadi tanda lahirnya sang penebus dosa di Betlehem.
Cahayanya sungguh sangat indah. Aku terbuai....Sinarnya masuk ke relung hatiku.


Ia memunculkan suara, "Aku menyiapkan mentari terindah untukmu".
Tersentak hatiku dipenuhi kedamaian....
Ia ternyata menggandeng mentari bermahkotakan permata.
Mentari yang memiliki sinar yang sangat lembut dan amat mencintai Pencipta-nya.
Aku sungguh kagum akan mentari itu.
Baru kali ini, kedamaian muncul di relung hati....

(written by Yulvianus Harjono)

This poem is dedicated to everyone who still searching the beloved one. God will helps us to find him/her. Dedicated to someone who admire a milky way and still searching her love.



6 comments:

Flame said...

wah dedikasi buat g nih heheh
thanks bro
bahasa orang kompas trus plus romance hehe puisinya aga ilmiah
hehe
jadi bisa belajar banyak hal dari puisi lo bro, jadi tau penduduk bumi ada 5 miliar, jadi tau bentuk bimasakti, ada meteor ,komet,dll heheheh
dasar orang kompas hehe
tenang aja bro, sedang dikirim sama Tuhan spesial buat u jon.. ga pake TIKI loh, pake jalur pribadi dan rahasia .. doa.. :)
ok Jon, sukses yah :) thanks buat comment u di blog FS g :)

Unknown said...

matahari, kenapa ditempatkan Tuhan diatas sana ya, jauh tinggi melebihi awan2, sedangkan aku berada jauh di kolong langit ?!?
apa harus nunggu hujan meteor untuk dapat meraihnya??
tapi aku bersyukur buat cahaya yg terus dipancarkannya, meskipun awan, hujan dan petir datang mengacau, tetapi akan menghasilkan sesuatu yg indah bernama pelangi :)

Anonymous said...

Baca yg ini berasa lg di planetarium Yul hehehe...
Gw tetep mo protes tanda kurungnya. lo apus aja deh. ngerusak atmosfirnya aja :p

Yulvianus Harjono (JON) said...

Woi2...thanks for ur comment...
Ilmiah bgt yak?...Soalnya gw emang paling suka pake metafor dari benda2 di jagat raya...
Maklum, zaman kecil tergila-gila film science fiction...pgemar berat Star Trek ma Discovery Channel...
Mpe pengin jadi astronot berikutnya...
hahaha...skrg mah jadi pengamat di tanah aja dah.

Regards
for u all

Yulvianus Harjono (JON) said...

Masukan diterima mey...
Barusan gw ubah. Thanks anyway...
Silahkan menebak2 isinya...
Hati2 salah paham...Tapi gpp kok, gak ada hadiah ma sanksinya...
hehehe

Anonymous said...

Quoted:
Maklum, zaman kecil tergila-gila film science fiction...pgemar berat Star Trek ma Discovery Channel...
Mpe pengin jadi astronot berikutnya...

Just like I said right? You're still dreaming of your childhood.