Monday, July 14, 2008

Bertanya atau Mati!


Bertanya atau Mati!

"Jangan terlalu banyak bertanya. Seperti anak kecil saja," demikian sekilas tutur seorang kawan kepada saya di suatu malam. Sebuah komentar yang sangat mengejutkan. Mengingat, belum ada satu pun yang menyatakan hal itu secara pribadi kepada saya...
Bisa jadi, ini sebuah kritikan, bisa pula masukan. Bukan tidak mungkin pula sebuah pandangan..
Berjam-jam pula kemudian saya mencoba merenungkannya.
Renungan itu terbentur pada sebuah jawaban besar : pekerjaan saya adalah bertanya!!??
Sebagai penggelut profesi jurnalistik, bertanya adalah senjata terbesar saya untuk menggali data, fakta, bahkan mengungkap sebuah rasa. Dari bangun hingga menjelang tidur, cerebrum saya ini tdk pernah berhenti dari kegiatan tanya. Mulai dari menanyakan ke intuisi diri sendiri mengenai hal atau isu apa yang layak diikuti dan dikembangkan hari ini, trus proses menggali berita, hingga verifikasi data dengan berbagai sumber atau referensi terkait. Gugatan atau tanya menentukan berita yg kita buat nanti layak tayang dan cukup lengkap.
Tanya = kritis dan perfection.
Idiom ini telah demikian melekat. Bagi jurnalis, tanya bukan hanya cara untuk menghilangkan diri dari ketersesatan. Melainkan juga, proses menggali data dan membuat berita yang akurat, lengkap dan terpercaya.
Pengalaman saya membuktikan, dalam sebuah peliputan, ketika kita itu malu atau tidak banyak bertanya, dan menyusunnya dalam deret alogaritma di memori kepala (bukan saja di sebuah notes), maka percayalah hasilnya tidaklah akan maksimal.
Beberapa kali, ketika sudah di depan meja kerja, saya menyesal mengapa bisa lupa tdk sekalian bertanya mengenai hal yg tdk sempat terpikirkan di kepala itu saat proses wawancara. Paling vatal, adalah mengenai detail sebuah peristiwa atau topik berita. Dengan load kerja yang padat dan isu yang banyak, hal macam ini bisa saja terjadi.
Tetapi, jika mencerna perkataan sebuah wartawan senior Hariadi Saptono, ini semata-mata krn kita kurang "cerewet". "Wartawan itu harus cerewet," ucapnya. Dari kecerewetan itulah terlihat sejauhmana kita menguasai persoalan, kritis, dan kontemplatif menggali data.
"Remember, Guessing Doesn't Pay," ungkap pengajar dan mantan wartawan senior Luwi Ishwara yang pernah saya dengar awal menjadi jurnalis. Tepat sekali, kita tidak bisa menebak-nebak sebuah peristiwa atau fakta. Meski, ini terpaksa dilakukan utk melengkapi data, semata-mata krn kita lupa atau tdk cermat bertanya...
Tanya atau mati
Berbicara soal tanya, pikiran saya teringat lagi dalam sebuah peliputan di medio 2007 silam.
Sulistyo Setiawan, peneliti pengembangan kreativitas di STDI, besar-besar menuliskan kalimat "Tanya atau Mati" dalam judul seminarnya...Tertegun saya awal melihatnya. Baginya, bertanya adl proses hakiki manusia. Manusia dianggap akan mati secara mental dan psikologis jika tidak lagi mau bertanya-tanya. ”Manusia akan memanusia ketika dia bertanya,” ucapnya.
Bertanya adalah proses berpikir, mulai dari eksistensi diri kita hingga melahirkan penciptaan. Seorang Wrigt Brothers misalnya, tidak mungkin bisa menciptakan pesawat terbang jika ia tdk bertanya-tanya ttg bagaimana caranya burung bisa melayang...Namun, ia bukanlah sekedar
bertanya-tanya. Melainkan, mengembangkannya dalam dimensi analitikal dan kontemplasi. Hal yang masih langka ditemui pada dunia pendidikan tanah air yang masih mengandalkan kognisi dan hapalan memori. Bukan bertanya, kritis, secara analitik komprehensif.
Mungkin kita ingat, saat masih kecil, seringkali kita polos dan antusias bertanya-tanya tentang sekeliling yang kita temui. Jika kita punya anak yang aktif bertanya-tanya, bersyukurlah anda. Sebab, saat itu pula, anak Anda tengah dalam proses kognitif sekaligus kreatif. Mengisi sinaps atau sel-sel memorinya dengan peristiwa2 baru. Semakin sering sinaps itu diisi dengan bertanya maka kian cerdas pula anak anda!!! Jadi, tolong ladeni dan jangan acuhkan ketika anak anda itu cerewet atau banyak bertanya...
Seiring dewasa, makin enggan kita bertanya. Entah karena malu, toleransi, takut menyinggung perasaan, atau justru emang kosong melompong isi kepala....
Janganlah ragu kita bertanya.
Sebab, bertanya pun sesungguhnya punya seribu makna. Ada yang bertujuan mencari jawaban, menggali informasi, re-inviting atau inovasi, hingga mengungkapkan perhatian atau sekedar me-ngetes kemampuan seseorang. Tergantung sejauh mana motif atau tujuan anda bertanya.
Jadi, selamat bertanya-tanya....
Sebelum bertanya itu dilarang dan mengekang kebebasan berpikir kita!!!!!


No comments: