Tuesday, July 15, 2008

Hancock, Superhero from Zero...

Film
Hancock, Superhero from Zero...


Hancock, film yang pekan ini bertengger di Top Chart Box Office di ketiga cabang Blitz Megaplex di Indonesia. Mengalahkan film lainnya yg lagi in macam Kungfu Panda, Get Smart, dan Incredible Hulk. Padahal, baru seminggu film itu diputar.
Saat menjatuhkan pilihan pada film ini, wiken lalu, awalnya saya kurang antusias. Kesan pertama, saya pikir ini adalah sebuah film dokumenter. Mengingat, (John) Hancock adalah nama Presiden AS (klo gak salah ke 2 atau 3). Tetapi, krn pilihan Hulk tidak diamini kawan, tdk terbuka lagi pilihan lainnya. Asal, jangan Indo (bulan2 ini belum muncul film lokal berkualitas soalnya).
Tidak lazim, sebuah film yang ternyata bertemakan superhero ini tdk diadaptasi dari komik Marvel yang menginspirasi film2 sukses superhero lainnya...Sebut saja Hulk, Spiderman, hingga Iron Man yang sukses beberapa bulan lalu.
Film yang dibintangi aktor yg pandai memainkan beragam karakter, Will Smith, ini memang menampilkan hal berbeda dari film bertema superhero kebanyakan. Film ini bercerita ttg Hancock, seorang zero atau tunawisma yg doyan mabuk...Namun, memiliki kekuatan sungguh dahsyat macam mengangkat mobil, menghentikan kereta, terbang, hingga kebal peluru...
Mirip Superman sekilas. Bedanya, tdk lazimnya superhero, ia tdk menyembunyikan identitasnya. Sehari-hari berpenampilan ala gembel lengkap dengan botol miras di tangannya. Adegan awalnya saja, berkejar-kejaran dengan gerombolan penjahat di tengah traffic Kota Los Angeles, cukup membuat saya demikian terkejut. Layaknya "kartun". Adegan Hancock terbang, mobil diterbangkan dan ditancapkan ke sebuah obelisk (semacam menara lancip), sungguh di luar pencernaan pikiran. Tidak sci-fi sama sekali. Apalagi, pada awal hingga tengah cerita, sang sutradara tidak kunjung menyisipkan cerita ttg asal usul sang superhero sakti ini....Baru di menjelang akhir-akhir cerita akhirnya ketahuan, tetapi itu pun tdk lengkap dan membuat benak ini penasaran.

Sepanjang sepengetahuan saya, sehebat2nya tokoh superhero dalam karakter rekaan Marvel, itu pasti dikaitkan atau coba dijelaskan secara ilmiah. Misalnya, Spiderman yang kekuatannya itu muncul krn gigitan laba2 unik. Atau, sang Tony Stark "Iron Man" yg menonjolkan kehebatan manusia dalam merakayasa teknologi dan menjadikannya senjata terdahsyat.
Terlepas dari CGI-nya yg tidak semulus Iron Man, film karya Peter Berg ini mampu memberi unsur hiburan lain yang lebih kuat. Sekali lagi, sebuah film yang menunjukkan baik sisi humanis dan individu seorang superhero. Film ini menggambarkan bahwa seorang superhero pun tdk lebihnya dari manusia yg tdk luput dari ego, perasaan kesepian dan memiliki emosi. Scene saat Hancock duduk memelas di atas atap rumah sobatnya, Ray Embrey (Jason Bateman), saat ia tengah betul-betul kesepian dan perlu diperhatikan, cukup menggugah emosi saya.
Dalam film ini, Hancock awalnya bukanlah superhero yang dielu-elukan warganya. Sebaliknya, karena kecerobohannya (berkali-kali merusak fasilitas umum saat mencoba show off melawan penjahat), menjadikannya "public enemy". Saya dan seorang teman sampai tertawa geli saat lihat adegan ketika seorang pembawa acara televisi di film itu sampai mengeluarkan opini dan unek-uneknya (mem-blame) Hancock dan memintanya menyerahkan diri...Sampai segitunya sang jagoan bertampang semrawut ini dibenci. Satu lagi nilai plus-nya, banyak adegan lucu dan mengejutkan di dalam film ini. Sayangnya, dalam bbrp adegan, salah satunya di penjara, terlihat sensor bekerja...
Perubahan terjadi manakala Hancock bertemu dgn Ray, seorang PR eksekutif yang antusias dgn konsep pencitraan love charity-nya. Sampai akhirnya, membawanya ke perjumpaan dgn orang yg tdk diduganya, Mary Embrey (diperankan si cantik Charlize Theron)..Wanita yg kemudian mjd tokoh kunci lain dan pemecah misteri dari flim ini.
Bakat besar menuntut tanggung jawab besar. Demikian pesan moral yg tegas muncul dalam film ini. Tanggung jwb sbg superhero di satu pihak, dan cinta (emosi manusia) di lain pihak dibuat dlm hal yg berlawanan di film ini. Terlepas dari adegan penutup yang mnrt saya kurang dramatis, pesan yang bisa dibawa dari film ini adalah Tuhan ternyata menciptakan kita secara berpasang-pasangan (ini pandangan subyektif saya dari film ini). Dan, acapkali mereka itu telah didekatkan ke kita. Hanya, terkadang, tanggung jawab dan rasionalitas kita yang justru telah atau terpaksa menjauhkan kita dari mereka....
Written by JON

(foto by Columbia Pictures, all right reserved)

No comments: