Saturday, June 28, 2008

Mencari Matahari Sejati


Mencari Matahari Sejati

"Pencarian panjang insan Tuhan ini menemukan mentari sejati belum menemui titik akhir. Entah sampai kapan. Esok, lusa, tahun depan, atau berbelas-belas tahun di depan?. Satu doa aku panjatkan ke surga : Biarkan Allah sang pencipta manusia, mentari, bahkan jagat raya ini yang menjawab misteri terbesar insan manusia itu. Karena aku percaya, Dia telah menyimpan yang terbaik untukku".

Suatu ketika, aku berjumpa dengan mentari istimewa. Bintang senja yang muncul tiba-tiba ketika aku tengah terlena dengan kesunyian malam...Kehadirannya sungguh mengejutkanku. Ia membawa hal-hal yang tidak biasa. Kesedihan, tawa, canda, bahkan kesinisannya telah menjadi energi panas yang sanggup meluluhkan hati yang beku bertahun-tahun lamanya ini. Bintang nan istimewa itu aku juluki ISA.

Kehadirannya dalam hidupku memang baru-baru aja. Namun, kehadirannya yang tidak sampai seumur jagung ini sanggup menghadirkan sesuatu yang teramat istimewa. Setelah sekian lama, baru kali ini lagi muncul wanita yang sanggup merubah hari-hariku. Ia mengajakku bermain. Keluar dari kerangkeng gelap, dingin, dan getir yang aku huni selama bertahun-tahun. Tempat yang sebelumnya aku anggap nyaman. Namun, berkat dia, aku justru disadarkan hal sebaliknya.
Ia membawaku ke puncak pohon tertinggi, menatap mentari (sungguhan) jingga yang kami suka di tiap-tiap senja tertentu. Kami saling bahu membahu, menyediakan pundak untuk menangis ketika hati kami saling meringis-saat bersama-sama memandang langit biru yang tidak mungkin kami gapai. Meski, itu sudah berupa sekuat tenaga hingga memanjat pucuk pohon tertinggi.

Melalui karakternya, aku yang seorang introvert-melankolic sejati ini belajar memahami orang lain. Sekuat apa pun itu cobaannya. Berkat sentuhannya pula, aku kian belajar baik memahami diri sendiri, menyadari sesungguhnya kelemahan pribadi. Dan, berkat dia pula, aku mulai bisa berubah, menjadi seseorang yang lebih baik. Belajar lebih terbuka, terbuka untuk disakiti juga dicintai. Berkat dia pula, aku bisa menjadi orang yang lebih percaya diri. Bisa membuat blog ini yang mencerminkan sebuah keterbukaan. Dia wanita yang sungguh menginspirasi...

Namun, perbedaan itu juga terlalu besar. Dari hal yang prinsip hingga yang kecil. Seperti yang digambarkan prosa-prosa yang beberapa kali aku cipta untukmu, Isa. Kita bagaikan minyak dan air. Seperti matahari yang melalui panasnya meniadakan awan jingga. Begitulah ibaratnya. Aku sampai pernah mengatakan, "Kita hidup di dunia berbeda Sa,". Tidak pernah bisa ditakdirkan bersama. Karena alasan ini pula, kau dan aku, pernah berkali kali mencoba menyatakan berpisah. Entah sudah tidak terhitung berapa kali...Tetapi, berkali-kali pula kembali karena hati ini tidak kuasa menyatakan perpisahan...

Tetapi, aku dan kau akhirnya harus sadar. Kita tidak hidup sendiri di dunia ini. Ada aku, kau, mereka dan Tuhan. Jika menuruti emosi hati, lambat laun satu dari kita pasti akan hancur lebur. Memang, aku terlambat sadar. Tetapi, lebih baik telat daripada tidak sama sekali. Maafkan aku Sa... yang lebih mencintai Tuhan dan keluargaku. Kenyataan ini memang sangat menyakitkan. Biarkan posting blog ini sekaligus menjadi satu pesan untukmu.

Terlepas dari apa pun, kau adalah wanita istimewa yang pernah singgah dalam hidupku...Buat orang-orang seperti ini akan selalu ada ruang khusus di hatiku, sampai kapan pun...

Yang pasti, kita harus ikhlas. Saat ini, aku sudah mulai menemukan Cinta Sejati-ku...
Cinta kepada Allah Bapa-ku, Sang Pencipta Mentari, tanpa syarat....
(Tuhan, biar kehendakmu lah yang terjadi. Bukan kehendakku. Sebagai hamba, aku hanya bisa menanti...)


No comments: