Friday, June 13, 2008

Demam Sepakbola ”Euro” Landa Bandung


Demam Sepakbola ”Euro” Landa Bandung

Demam sepakbola kembali melanda. Virus yang disebabkan uforia perhelatan akbar Piala Eropa ”Euro” pun menyebar ke segala penjuru, termasuk di Kota Bandung, Jawa Barat. Elu-elu, cemoohan, kesedihan, hingga kegembiraan pun ikut mengiringi perhelatan yang disaksikan dari mulai sudut sebuah hotel mewah, kafe dan restaurant, rumah kos, hingga pangkalan ojek ini.

Suasana ini setidaknya terlihat dalam acara nonton bareng di MU Cafe, Parijs van Java, Jumat (13/6) dini hari. Getar drama kekalahan 1:2 ”Tim Panser” Jerman dari Kroasia terasa hingga ke tempat ini. Para pengunjung yang menjagokan tim Kroasia spontan berteriak dan berdiri di atas kursi ketika penyerang Kroasia, Ivica Olic, membobol gawang Jerman yang dikawal Jens Lehman di menit ke-62.

Sebaliknya, pengunjung yang menjagokan Jerman tersentak kaget kemudian menggerutu. Jerman tertinggal 2-0 dari Kroasia. Mereka pun kembali menggerutu ketika peluit akhir pertandingan berbunyi. Skor 2:1. Mereka pun langsung pulang. ”Saya datang ke tempat ini memang ingin teriak sekencang-kencangnya dan mendengar teriakan orang lain,” kata Yayan Rudiwan, salah satu pengunjung yang menjagokan Kroasia.

Ia puas menyaksikan aksi tim jagoannya yang diproyeksikan di atas layar lebar sebesar kira-kira dua meter kali tiga meter. Apalagi ditemani makanan kecil dan segelas minuman dingin. Lain lagi dengan Agi Sumirat. Pria yang bekerja di Seattle, Amerika Serikat, ini kangen ini nonton bola bareng teman-teman di Bandung. “Di Amerika juga pasti nonton kalau ada bola. Tapi serunya beda,” katanya. Bagi Agi, merupakan saat yang tepat untuk berekspresi. Paling tidak, ia akan bebas berjingkrak layaknya penonton di stadion sebenarnya.

Acara nonton bareng ini juga tidak ketinggalan dilakukan di Score Cafe, Ciwalk. Di sini, acara yang difasilitasi Tabloid Sepakbola Bola ini menghadirkan layar lebar 2x3 meter dan perangkat sistem audio muktahir sebagai pemikat. ”Di sini, kami tidak sekedar menawarkan entertainment. Melainkan, juga interaktif,” tutur Andi Anugerah, Project Officer Nonton Bareng Bola di Bandung. Dalam acara nonbar ini pengunjung diajak berandai-andai menjadi pelatih. Misalnya, ”Apa yang harus dilakukan anda untuk mengalahkan Perancis jika seandainya menjadi pelatih Belanda?”

Di Gasibu, acara nonton bareng yang mempertandingkan tim dari Grup ”maut” C, Italia versus Rumania serta Belanda kontra Perancis, Jumat (13/6) malam, dimeriahkan penampilan Demian, ”Sang Ilusionis”. Acara bertajuk Extra Joss Bolaskop yang menurut rencana disiarkan live di stasiun televisi milik MNC ini menampilkan ilusi memindahkan bola raksasa dari Jakarta ke Bandung.

Seolah tidak ingin ketinggalan, di Unix’s Cafe and resto, Stanford Arms Bandung, Hotel Grand Preanger, pun ikut dipasang layar lebar. Hanya, bedanya, keberadaan layar lebar dari proyektor LCD ini sifatnya hanya pelayanan. Sebab, pengunjung di kafe ini sebagian besar adalah ekspatriat dari Eropa, khususnya Inggris. ”Mereka ini kan juga ingin tetap memantau perkembangan sepakbola. Makanya, kami sediakan khusus sebagai pelayanan saja,” ucap Rudi, pengelola Stanford Arms Bandung.

Terobosan oportunistis dilakukan pebisnis rental video games Sony Playstation 2 di beberapa titik. Pemilik rental ini sengaja mengadakan turnamen video game sepakbola ”Winning Eleven” untuk meraup untung dari selisih uang iuran yang ditarik dari peserta dengan hadiah yang diberikan. Selain, untuk mendongkrak kembali kunjungan yang sepi selama Euro berlangsung sepekan terakhir ini. Kegiatan serupa, yang lebih besar, akan diadakan pula di Be Mall, Bandung, awal Juli ini.

Hiburan merakyat

Bukanlah sepakbola kalau tidak ”membumi”. Olahraga paling populer di dunia ini sungguh tidak mengenal kasta. Di sebuah pojok di Pangkalan Ojek ”OFG”, Jalan Gagak, Kota Bandung, Euro dinikmati secara sederhana dan beramai-ramai. Cukup dengan teve 21 inci dan ditemani kopi, Heru Satriyadi (28) dan rekan-rekannya betah hingga semalam suntuk menyaksikan sepakbola. ”Ini mah kesenangan batin. Sambil nunggu penumpang, asyik nonton bola. Apalagi, kan jarang-jarang ada Euro kayak gini,” tuturnya.

Bola matanya yang kemerahan akibat menahan kantuk tiba-tiba berkaca-kaca saat idolanya Luna Maya tiba-tiba muncul dari layar kaca berlabel RCTI. Antusiasnya makin menjadi-jadi saat Luna Maya, dalam bincang-bincang jelang partai Austria dan Polandia, menyebutkan Belanda sebagai tim favoritnya. ”Ha ha, sarua jeng urang. Jodoh euy!” ucapnya berkelakar.

Baginya, Euro ini tidak ubahnya permen manis yang melupakannya sejenak dari persoalan kenaikan BBM yang turut menyiutkan penghasilannya sehari-hari. Sepakbola pun juga memiliki makna persahabatan. Ini dipahami betul oleh Windarto Harimurti (23), fans Azzuri, tim nasional Italia. Di perhelatan internasional ini, Juventini-julukan bagi pecinta klub Juventus, Italia, ini bisa bercanda, tertawa dan berkumpul dengan Milanisti, Internisti, dan Romanisti.

Padahal, sehari-harinya, keempat fragmen tifosi ini tidak akur. ”Kami malah kompak menyalahkan Donadoni (pelatih Italia) atas kekalahan Italia,” ucap mahasiswa ITB ini yang kerap melakukan nonton bareng di Oh La La Cafe ini. Hingga dua pekan ke depan, keindahan sepakbola dari benua biru ini akan membawa masyarakat, khususnya warga Bandung, untuk melupakan sejenak berbagai persoalan yang menghimpit. Selamat menikmati Euro 2008!(Yulvianus Harjono/a04)


No comments: