Meminjam Masa Kanak-Kanak
Dua hari lalu, sahabat saya posting klip opening theme tiga film anak2 lawas yang sempat tren di pertengahan 1980-an. Dua diantaranya adl film kesukaan saya dulu : Goggle V dan Lion Maru...Umur saya kira2 4-8 thn waktu film ini mewabah...En, lagi beling2nya tuh.
Download, scanning antivirus, dan putar via Winamp. Baru mendengarnya sekitar setengah detik nada awalnya, belum sampai ke gambar (krn kualitas streamingnya memprihatinkan), ingatan saya tiba2 diajak warping, pindah dimensi ruang dan waktu, ke 20-an tahun silam. Geez...Bayangan2 masa lalu yang tampak samar2 dan rabun itu makin tampak jelas dan tegas saat otak ini melihat gambar (visual) di klip2 itu...
Timbul pertikaian di cerebrum ini saat mata dan telinga diajak menyaksikan klip ini. Layaknya hemisphere, siang-malam. Jika dilihat pake rasionalitas atau maindset skrg, kita bakalan memperolok-olok klip ini. Bagaimana tidak?...secara visual, kualitas grafisnya sangat2 menyedihkan. Belum kenal CGI (Computer Generated Imagery) yg jadi kunci kesuksesan film Iron Man by John Favreau...Yg ada mah sakit mata, dan perut, nahan ketawa...
Tapi, jika kita melihatnya dari jendela masa lalu saya, sungguh ciamik neh klip...Membius ratusan ribu anak2 lainnya di masa itu...Memperkaya pengusaha2 mainan yang jualannya laris manis dibeli anak2 semata heboh film seri itu...
Yaps, di situlah dua mainstream kita beradu, bergumul, dan adu jotos...pertentangan antara dua kubu postfactum dan antefactum. Namun, di diri saya saat itu, postfactum-lah yang menang. Kekuatan nostalgia yang membuat saya betah dan selalu ingin memutarnya berulang-ulang...
Sambil berharap meminjam kembali masa kanak-kanak yang indah...
Tahukah anda? berdasarkan hasil kajian Sally Gantham-McGregor, peneliti Inggris (William Press, 2007), disebutkan, sesungguhnya sel-sel kecerdasan otak, baik aspek kognitif, visual, maupun bahasa telah tumbuh sejak manusia masih berbentuk janin.
Itulah mengapa, usia ini disebut Golden Age. Otak manusia tumbuh pesat dan mampu menangkap pesan verbal dan visual dalam ratusan jutaan matriks di masa2 ini...Seiring waktu berjalan, entah karena kekurangan asupan protein atau lainnya, sinaps2 ini mati dan memori pun ikut hilang sebagian...Jadinya...pikun?... Kembali jadi anak2
Tetapi, tidak semua orang paham (bukan tahu) jika seorang dewasa, bahkan telah menikah sekalipun, sangat perlu sewaktu-waktu menjadi kanak-kanak kembali. Bukan secara harfiah. Melainkan, secara konseptual....Seorang psikolog dalam sebuah acara gathering Kompas pernah mengatakan, meminjam masa kanak2 merupakan terapi pikiran...
Ingatkah kalian...saat di masa kecil dulu, pertanyaan dan pernyataan spontan mengalir begitu saja entah dari mulut (verbal), gestur, mimik atau sinyal-sinyal lain...Begitu tulus, putih, dan murni...Saat tidak suka sesuatu, seorang anak bisa dengan mudah memangis...atau menggeleng-geleng. Anak hyperactive bahkan bisa lebih ekstrim, melempar-lempar barang atau menjambak orangtuanya. Spontanitas dan kejujuran menyampaikan rasa inilah yang mulai pudar seiring manusia kian dewasa...Ia diredam oleh toleransi, kecurigaan, doktrin, politik, budaya, dll yang sedikit banyak meracuni pikiran kita...
Jadilah sebuah produk yang bernama ketertutupan, inferioritas, dan misskomunikasi. Menyebabkan kesalahpahaman, menciptakan pertengkaran sahabat, hingga menyebabkan perceraian....
Makanya, bnyk psikolog yang menggunakan terapi "meminjam masa kanak2" ini untuk menghilangkan ketegangan komunikasi antarpasangan yang telah menikah, bahkan bercerai. Bagaimana tidak? Ketika kita tidak lagi saling percaya untuk berbahasa, mengungkapkan rasa dan pikiran melalui elemen spontanitas dan kejujuran, di situlah komunikasi dalam hubungan itu menemui jalan buntu....
Maka, pernah saya lakukan, dan tidak akan segan2 kembali dilakukan meski cukup sulit, meminjam masa kanak-kanak itu sangatlah perlu...Ketika kita memandang segala sesuatu di dunia ini melalui kacamata yang positif. Dan, mengungkapkannya secara spontan dan jujur, apa adanya. Agar, menciptakan sebuah hubungan yang baik dengan kawan, keluarga, atau pasangan anda....
Ingatkah kalian...saat di masa kecil dulu, pertanyaan dan pernyataan spontan mengalir begitu saja entah dari mulut (verbal), gestur, mimik atau sinyal-sinyal lain...Begitu tulus, putih, dan murni...Saat tidak suka sesuatu, seorang anak bisa dengan mudah memangis...atau menggeleng-geleng. Anak hyperactive bahkan bisa lebih ekstrim, melempar-lempar barang atau menjambak orangtuanya. Spontanitas dan kejujuran menyampaikan rasa inilah yang mulai pudar seiring manusia kian dewasa...Ia diredam oleh toleransi, kecurigaan, doktrin, politik, budaya, dll yang sedikit banyak meracuni pikiran kita...
Jadilah sebuah produk yang bernama ketertutupan, inferioritas, dan misskomunikasi. Menyebabkan kesalahpahaman, menciptakan pertengkaran sahabat, hingga menyebabkan perceraian....
Makanya, bnyk psikolog yang menggunakan terapi "meminjam masa kanak2" ini untuk menghilangkan ketegangan komunikasi antarpasangan yang telah menikah, bahkan bercerai. Bagaimana tidak? Ketika kita tidak lagi saling percaya untuk berbahasa, mengungkapkan rasa dan pikiran melalui elemen spontanitas dan kejujuran, di situlah komunikasi dalam hubungan itu menemui jalan buntu....
Maka, pernah saya lakukan, dan tidak akan segan2 kembali dilakukan meski cukup sulit, meminjam masa kanak-kanak itu sangatlah perlu...Ketika kita memandang segala sesuatu di dunia ini melalui kacamata yang positif. Dan, mengungkapkannya secara spontan dan jujur, apa adanya. Agar, menciptakan sebuah hubungan yang baik dengan kawan, keluarga, atau pasangan anda....
No comments:
Post a Comment