Saturday, May 31, 2008

Usia Pernikahan Mempengaruhi Kemesraan


Usia Pernikahan Mempengaruhi Kemesraan









Sebelum Bobo:

6 weeks: selamat bobo sayang, mimpi indah ya, mmmuach.

6 months: tolong matiin lampunya, silau nih.

6 years : Kesana-an doong... kamu tidur dempet2an kayak mikrolet gini sih?!

Pake Toilet:

6 weeks : ngga apa2, kamu duluan deh, aku ngga buru2 koq.

6 months: masih lama ngga nih?

6 years : brug! brug! brug! (suara pintu digedor), kalo mau tapa di gunung

kawi sono!

Ngajarin Nyetir:

6 weeks : hati2 say, injek kopling dulu baru masukin perseneling ya

6 months: pelan2 dong lepas koplingnya.

6 years : pantesan sering ke bengkel, masukin persenelingnya aja kayak

gini!

Balesin SMS:

6 weeks: iya sayang, bentar lagi nyampe rumah koq, aku beli martabak

kesukaanmu dulu ya

6 months: mct bgt di jln nih

6 years : ok.

Dating process:

6 weeks : I love U, I love U, I love U.

6 months : Of course I love U.

6 years : Ya iyalah!! kalau aku tdk cinta kamu, ngapain nikah sama kamu??

Back from Work:

6 weeks : Honey, aku pulang...

6 months : I'm BACK!!

6 years : Si mbok masak apa hari ini??

Hadiah (ulang tahun):

6 weeks : Sayangku, kuharap kau menyukai cincin yang kubeli

6 months : Aku membeli lukisan, nampaknya cocok dengan suasana ruang tengah

6 years : Nih duitnya, loe beli sendiri deh yang loe mau

Telepon:

6 weeks : Baby, ada yang pengen bicara ama kamu di telpon

6 months : Eh...ini buat kamu nih...

6 years : WOOIII TELPON BUNYI

TUUUHHH....ANGKAT DUOOONG!!!

Masakan:

6 weeks : Wah, tak kusangka rasa makanan ini begitu lezaattt...! !!

6 months : Kita

makan apa malam ini??

6 years : HAH? MAKANAN INI LAGI?

Apology:

6 weeks : Udah gak apa-apa sayang, nanti kita beli lagi

ya

6 months : Hati2! Nanti jatuh tuh.

6 years : KAMU GAK NGERTI2 YA DAH BERIBU2 KALI AKU BILANGIN

Baju baru:

6 weeks : Duhai kasihku, kamu seperti bidadari dengan pakaian itu

6 months : Lho, kamu beli baju baru lagi?

6 years : BELI BAJU ITU HABIS BERAPA??

Planning for Vacations:

6 weeks : Gimana kalau kita jalan2 ke Amerika atau ketempat yg kamu mau

honey?

6 months : Ke Surabaya naik bis aja ya gak usah pakai pesawat...

6 years : JALAN2? DIRUMAH AJA KENAPA SEH? NGABISIN UANG AJA!

TV:

6 weeks : Baby, apa yg pengen kita tonton malam ini ?

6 months : Sebentar ya, filmnya bagus banget nih.

6 years : JANGAN DIGANTI2 DONG CHANNELNYA AH! GAK BISA LIAT ORANG SENENG

DIKIT APA ?!

Source : Kick from Bters' Mailing List

Friday, May 30, 2008

CARA DAN STYLE CARI KENALAN DI FRIENDSTER


CARA DAN STYLE CARI KENALAN DI FRIENDSTER


Berikut ini adalah contoh-contoh Style Message untuk ajak kenalan orang yang kamu sukai di Friendster.

Style Nyelekit 1
Hmhmhm..tampangnya ok juga..tidak begitu cantik dan tidak begitu jelek pantas untuk jadi teman saya…ini email saya kirim@ketawa.com

Style Nyelekit 2
Walah, foto hancur begitu… kok PD sekali pasang di friendster? Apa nggak ada foto lain ? Kalau kamu mau saya add jadi temanku, tolong fotonya diganti dulu!

Style Nyelekit 3
Walah, kamu cantik tapi juga gendut sekali ya ? Tolong jangan add aku ya!

Style Nyelekit 4.
Kamu cantik tapi masih single, pasti kamu lesbi ya. kalau nggak lesbi pasti bohong. Kalau kamu marah atau tersinggung, jangan lewat email, kita ketemuan aja. Kalau nggak berani ketemuan, memang benar pasti kamu lesbi

Style PD 1
Kamu cantik tapi sayang sudah bercowok. Sayang sekali cowok kamu jelek, item, miskin, tolol. Sebaiknya saran saya, jangan pernah jadian dulu kalau belum ketemu saya. Ini saya kasih kesempatan, nomor hp saya : 081-xxxx-x-xxxx.

Style PD 2
Aduh cantiknya , kenalan dong. kebetulan nih tampangku keren, pasti banyak yang kira kita pacaran, kalau aku lagi jalan sama kamu. Aku add kamu ya…

Style Standard
Hai, boleh kenalan nggak ?
Add aku ya di kirim@ketawa.com

Style Iseng
Boleh minta no HP dong, alamat rumah, telp rumah, alamat kantor, telp kantor bales ya!

Style Iseng 2
Tampang kamu mirip pacar saya! Jangan-jangan kamu kembarannya ya ?

Style Iseng 3
Kamu mirip teman saya deh, atau jangan2 kamu memang pernah jadi teman saya, atau mungkin kita pernah ketemu kali ya di suatu tempat? Kamu merasa kenal aku nggak sebelumnya ?

Style Hopeless
Please dong… jadi temanku… aku tahu kamu cantik… aku jelek… tapi mau kan jadi temanku… Siapa tahu kita bisa jadian. Temanku di friendster baru 2 orang lho. Sudah 6 bulan minta add ke banyak cewek, tapi ditolak terus. Mudah-mudahan kamu mau, soalnya kamu kan baik, aku percaya kok kamu pada dasarnya baik, hati kamu pasti seputih kulit kamu.

Style Hopeless 2
Hai sayang, aku sudah bosan hidup nih, tolong dong, jangan buat aku bunuh diri. Aku lagi pegang pisau nih, siap-siap mau bunuh diri. Kalau kamu nggak mau add jadi temanku, kamu besok baca koran POS KOTA dan lampu merah ya. Pasti nama kamu disebut2 disitu. Aku kasih waktu 1 x 24 jam atau kamu besok baca headline ini. SEORANG PEMUDA MATI BUNUH DIRI KARENA DITOLAK AJAK KENALAN OLEH SEORANG BERNAMA XXXXX (nama kamu tuh !)

Style Tajir , Mupeng dan PD sekali
Kamu cantik dan sexy sekali, malam minggu besok jalan sama aku ya ini nomor hpku: 081-xxxxx-xxxxx, aku biasa bawa mobil mercedes benz serie 7, tapi kalau lagi males aku bawa jaguar aja, kalau kamu ingin yang biasa-biasa aja, aku juga baru beli Vios kok. O’ya Apartementku di sudirman lagi kosong lho, nanti kita bermalam minggu disana semalaman nggak apa-apa kan? Mudah-mudahan cowok kamu nggak keberatan. Kalau cowok kamu keberatan, aku punya pembantu wanita yang masih single, nanti suruh cowok kamu bermalam di kamar pembantuku aja ya.

Style Malu-Malu Mau
Hai… boleh kenalan nggak ?

Style Agresif Ngesellin
Hai, kenapa sih nggak mau kenalan sama aku. aku sudah kirim message 45 kali kok, dicuekin terus sih?
Memang kamu siapa? Memang saya siapa? Gue tahu elo cantik dan sexy, tapi bukan berarti bla blab lab labla blabla blablablabla

Style Sok Akrab 1
Hai kamu temannya si anu ya, aku tahu kamu dari si anu. Bagaimana kabar kamu?
Bapak-ibu gimana? Adik-kakak gimana? Sehat-sehat saja kan? Udah lulus atau udah kerja? Aku boleh add kamu ya?

Style Sok Akrab 2 + Nyelekit
Ya ampun, kamu masih inget saya? Aku kan dulu teman SD/SMP/SMA kamu, kamu kan dulu pernah nembak saya. Maaf dulu kamu saya tolak, soalnya kamu tuh dulu jelek banget, sekarang kok jadi cantik begini
? Operasi plastik di mana ya? Jangan lupa add aku ya, kalau kamu masih penasaran sama aku, nggak apa-apa kok kalau mau nembak aku lagi.
Pasti aku terima dengan senang hati

Style Sok Akrab 3 + Ngegombal
Hai, denger-denger kamu habis putus ya dari si ‘anu’. Kamu pasti sedih sekali ya, bagaimana kalau saya datang ke rumah kamu untuk menghibur hati kamu yang luka? Aku tidak habis pikir bagaimana mungkin ada orang secantik kamu ini ada yang tega melukai hati kamu yang bening seindah kristal ini, pasti sangat menyakitkan buat orang secantik kamu. ini nomor hpku: 081-xxxx-xxxx

Style Gila 1
Kalau kamu sedang kesepian, mungkin saya adalah orang yang tepat untuk dijadikan pacar, kalau kamu sedang punya pacar, mungkin pacar kamu tidak ada apa-apanya dibandingkan saya, kalau kamu sedang merencanakan perkawinan, batalkan saja, nikahlah denganku saja, kalau kamu sudah kawin, tolong ceraikan suami kamu, kamu ditanggung tidak akan menyesal mendapatkan aku

Style Gila 2
Hai, kamu tolong lihat foto2 saya di friendster ya. Kalau kamu ingin lihat saya dalam keadaan polos/bugil, aku akan kirimkan fotonya dengan syarat kamu kasih saya nomor hp kamu…

Style Ngegombal 1
Aku tidak percaya dari 5 milyard penduduk dunia, ternyata ada satu makhluk termanis yang tidak pernah saya lihat sebelumnya. Makhluk itu adalah kamu. Kamu memang diciptakan khusus untukku. Terima kasih Tuhan telah mempertemukan belahan jiwaku lewat friendster.com. Sayang, will you marry me ?

Style Ngegombal 2
Oh My God, Finally I have found someone, and it was you !, give me your phone number soon, and i will pick you up as soon as possible. and we will looking for ‘pendeta/penghulu’ right now to bless our marriage. Do you agree with that?

Style Kurang Ajar 1
Hai. One Night Stand yuk! Nanti kamu boleh add aku deh jadi temanku

Style Kurang Ajar 2
Hai. Tarif kamu semalam berapa ?

Style Kurang Ajar 3 + Sok Akrab
Hai, kayanya kita pernah kenal deh, kamu kan selingkuhannya si ‘X’ teman saya yang istrinya 2.

Style Tolol
Hai, aku baru join di friendster, bisa tolong ajarin aku nggak caranya makai friendster? Tolong datang ya ke rumahku atau kantorku. Ini alamatnya blablablblblablablablabla

Style Tolol 2
Hai, boleh tanya nggak ya. Sekarang jam berapa ya? Maaf jam saya mati.

Style Tolol 3
Hai, boleh tanya nggak ya. kalau dari Blok M mau ke Bandung, naik bus nomor berapa ya?

Style Tolol 4
Hai, boleh tahu password kamu nggak? Aku lupa password aku, mungkin saja passwordku sama dengan password kamu.

Sumber: http://www.ketawa.com/


CERMIN MASA DEPAN INDUSTRI MEDIA DAN JURNALISTIK





Kompas.com 2.0
           CERMIN MASA DEPAN INDUSTRI MEDIA DAN JURNALISTIK
                          Oleh Ninok Leksono
 
    ". (Perkembangan yang terjadi di internet sekarang ini) adalah 
tentang si banyak yang merebut kuasa dari si sedikit, dan saling bantu 
satu sama lain tanpa mengharapkan imbalan, dan bagaimana itu semua 
tidak hanya akan mengubah dunia, tetapi juga mengubah cara dunia 
berubah."(Lev Grossman, Time, 2006)
 
    Piala atau penghargaan bukan tujuan. Namun, tatkala ia datang pada 
momen penting, besarlah artinya. Ini pula yang dapat dikatakan tentang 
dua penghargaan yang diterima oleh situs www.kompas.com dalam sepekan 
terakhir.
    Pekan ini, Kompas.com meraih penghargaan terkait dengan tren 
pemasaran baru-dikenal sebagai New Wave Marketing-dari MarkPlus. 
Sebelumnya, Sabtu (24/5), Kompas.com meraih Cakram Award untuk 
kategori perusahaan pengelola portal berita. Kedua penghargaan 
diterima sepekan sebelum megaportal Kompas.com diluncurkan Kamis malam 
ini.
    Dua penghargaan itu membawa argumen yang bersemangat sama. Di sana 
ada elemen "terobosan" yang, menurut Ketua Panitia Cakram Award Adji 
Dharmoyo, membawa semangat untuk menjadi yang terunggul, ada 
kreativitas, efektivitas, daya juang, keunikan, kejelian membaca 
peluang, dan kemampuan mengubah ide menjadi kerja atau produk nyata 
(Kompas, 25/5).
    Sementara itu, MarkPlus menilai Kompas Gramedia melalui megaportal 
Kompas.com telah memelopori pendekatan pemasaran baru, membangun 
relasi partisipatif dan kolaboratif dengan penggunanya, hal yang 
menurut CEO MarkPlus Hermawan Kertajaya "tidak terhindarkan karena 
tuntutan kreativitas yang didorong perkembangan teknologi digital".
 
Kompas Online & "beyond"
    Oleh pendiri Kompas, dalam hal ini Jakob Oetama, Kompas. com yang 
terlahir sebagai Kompas Online pada 14 September 1995 divisikan 
sebagai Kompas masa depan yang senantiasa muda (rejuvenated), segar 
dalam kemasan teknologi mutakhir. Pandangan tersebut tidak saja 
visioner, tetapi juga pragmatis mengingat dalam riwayatnya, media 
cetak-sebagaimana dialami Kompas dalam wujud orisinalnya-terpagar 
dalam berbagai kendala, bahkan hingga hari ini.
    Naiknya harga kertas koran setiap kali juga menyadarkan pengasuh 
media cetak bahwa ada elemen produksi yang bisa menjadi kuda liar, 
lebih-lebih ketika ia semakin terkait dengan perekonomian global, dan 
boleh jadi juga lingkungan.
    Bahkan, di kalangan aktivis media baru sering pula tercetus 
ungkapan yang nuansanya menyindir media cetak bahwa "Zaman Batu 
berakhir bukan karena orang kehabisan batu, tetapi karena telah 
ditemukan teknologi baru yang lebih baik".
    Kompas Online semula hanya memuat edisi cetak, tetapi secara 
bertahap kemudian diperkaya oleh konten-konten yang khas dengan medium 
internet, yang dalam kerangka Web 1.0 masih bertumpu pada pemutakhiran 
berita (news update).
    Media online yang mulai bertumbuh medio 1990-an meminjam pepatah 
berita adalah "history in the making" dari media televisi global, 
yang semenjak Perang Teluk, Januari 1991, mempraktikkan jurnalisme ini.
 
Kompas.com 2.0
    Penulisan di atas diharapkan mengingatkan orang pada Web 2.0 yang 
jadi populer menyusul konferensi yang diselenggarakan oleh O'Reilly 
Media tahun 2004. Meski masih harus melakukan penyempurnaan, 
Kompas.com yang sejak Agustus 1998 dikelola oleh PT Kompas Cyber Media 
telah menjadi praktisioner awal jurnalisme dan bisnis online di Tanah 
Air.
    Namun, ada perkembangan lain yang mau tak mau harus diperhitungkan 
oleh pengelolanya, bahkan juga oleh perusahaan induk yang memayunginya 
(Kompas Gramedia). Perkembangan tersebut terkait dengan berubahnya 
gaya hidup dan pola masyarakat dalam mendapatkan informasi.
    Perubahan masyarakat ini ditandai pula dengan lahirnya apa yang 
disebut Generation C, atau Generasi Digital, untuk menyebut mereka 
yang lahir di paruh kedua 1980-an atau paruh pertama 1990-an. Mereka 
inilah digital native yang "dari sononya" memang lebih akrab dengan 
gadget (peranti), seperti HP, PDA, dan sejenisnya.
    Orientasi Kompas.com pun lalu membutuhkan arah baru (redirection). 
Itu sebabnya, Taufik H Mihardja, yang kini menjadi nakhoda Kompas.com, 
menghadirkan Kompas.com baru, yang dari sosok fisik maupun semangatnya 
mengakomodasi perkembangan di atas.
    Kalau polesan Taufik dan timnya, yang juga mendapat dorongan penuh 
dari CEO Agung Adiprasetyo, amat mengedepankan forum dan komunitas, 
selain berita, itu tak lebih dari respons memenuhi panggilan zaman.
    Definisi Web 2.0 menyebut pemanfaatan teknologi www dan desain web 
dewasa ini ditujukan untuk meningkatkan kreativitas, berbagi 
informasi, dan-paling nyata dari semuanya-kerja sama di antara 
pengguna. "Konsumen ingin lebih partisipatif," kata Hermawan.
 
Memacu jurnalisme
    Dalam kerangka Web 2.0, sebetulnya bukan hanya bisnis yang dipacu, 
tetapi juga jurnalisme. Ini karena dalam aspek komunitas yang didorong 
oleh Web 2.0 terkandung juga elemen jurnalisme, dalam hal ini yang 
paling alamiah adalah jurnalisme warga. Kini berbagai informasi, baik 
yang hard seperti berita maupun yang soft, banyak diperoleh dari blog. 
Muncul pertanyaan, apakah blog merupakan masa depan jurnalisme?
    Sebelum ini, jurnalisme online acap dikritik karena semata 
mengedepankan kecepatan dan mengorbankan akurasi sehingga sempat 
dijuluki jurnalisme, "Get it first, then get it right". Namun, dengan 
semakin dewasa, kini sudah ada mekanisme self-correcting.
    Semuanya tampak sebagai bagian dari proses redefinisi jurnalisme.
    Dalam konteks inilah kita melihat peluncuran kembali Kompas.com, 
Kamis malam ini, sekaligus juga sebagai cermin arah besar bisnis media 
dan jurnalisme, tidak saja di Tanah Air, tetapi juga di dunia. 
 

(Kompas Daily Copyright, Publish @ 29/5/2008)

Thursday, May 29, 2008

Cinta dalam Hati...

Cinta dalam Hati...

(Lyrics and Vocal by Ungu)

mungkin ini memang jalan takdirku
mengagumi tanpa dicintai
tak mengapa bagiku
asalkan kau pun bahagia
dalam hidupmu, dalam hidupmu

tlah lama kupendam
perasaan itu menunggu hatimu menyambut diriku
tak mengapa bagiku mencintaimu pun adalah
bahagia untukku bahagia untukku

kuingin kau tau diriku disini menanti dirimu
meski kutunggu hingga ujung waktuku
dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya

dan izinkan aku memeluk dirimu skali ini saja
tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejap saja

(Syair lagu yg diposting utk mengenang Dia. Menyusul sebuah pertengkaran hebat yang tidak lagi terbuka kata maaf, tampaknya. Setelah dua hari yang sempurna, dan sebulan yang indah. Semata akibat kerikil kecil yang tercipta empat hari lalu)

Si Kaki Besi Jadi Duta Universitas



Si Kaki Besi Jadi Duta Universitas

by Yulvianus Harjono

Tidak butuh waktu lama, hanya beberapa detik, petugas tersebut berhasil memadamkan api dari lilin di pojok sebuah labyrinth. Melewati gang-gang sempit, berkelok-kelok, dan rintangan menghadang. Beberapa detik kemudian, ia melakukan hal yang sama di pojok lainnya. Pekerjaan itu dituntaskan dengan sangat dingin, rapi, tetapi tanpa ekspresi.
Tahukah anda, petugas pemadam api itu sama sekali bukan manusia. Melainkan, sebuah prototipe robot cerdas yang dikembangkan di Laboratorium Robotika Universitas Komputer Indonesia (Unikom), Bandung. Robot-robot inilah merupakan duta pertaruhan nama besar lembaga perguruan tinggi di dalam Final Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) 2008 pada 14-15 Juni mendatang di Balairung Universitas Indonesia.
Sisa tiga minggu ini betul-betul sangat dimanfaatkan Tim Robotika Unikom untuk mempersiapkan diri dalam babak final nasional KRCI itu. Saat ditemui di laboratorium, Rabu (28/5) lalu, hampir seluruh anggota tim yang berjumlah 10 orang beserta dua dosen pembimbing hadir di sana. Sibuk mengotak-atik teknik dan strategi lomba nantinya.
Menurut Yusrila Y. Kerlooza, salah satu pembimbing, anggota tim bahkan sempat dikarantina (tidak boleh pulang) sejak beberapa pekan terakhir untuk persiapan. Tahun ini, tingkat kesulitan kompetisi diprediksi bakal lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Baik dalam hal variasi medan serta tingkat rintangannya.
”Pada seleksi regional saja, di tempat lain, ada beberapa divisi yang tidak ada juara. Karena, tidak berhasil melewati treshold (batas),” tuturnya. Robot-robot cerdas ini punya kemampuan istimewa yaitu membaca arah, melewati rintangan, memadamkan api, hingga memindahkan benda sesuai yang diprogramkan. Kuncinya ada pada pembuatan alogaritma, yaitu kode program yang tersimpan di microprocessor robot. Fungsi, tugas, dan cara kendali robot bergantung pada alogaritma ini.
Satu unit robot ini bernilai investasi Rp 9 juta. Biaya risetnya dua kali lipatnya. Secara fisik, bentuknya seperti mobil tank mainan yang mampu berputar ke arah 360 derajat. Desain ini dikembangkan sendiri. Alatnya terdiri dari sensor ultrasonik (pembaca bentuk ruang), sensor infra merah, alat navigasi, sensor api (pembaca panas), processor (otak), dan motor (kendali) yang memiliki kontrol percepatan.
Menurut Yusrila, bisa saja prototipe robot ini nantinya dikembangkan menjadi pemadam kebakaran sungguhan. ”Kan tidak sedikit pemadam kebakaran yang meninggal akibat terkena reruntuhan (api). Keberadaan robot-robot ini bisa mengurangi resiko dari kematian ini,” ucapnya.
Tiga kampus dari Jabar
Unikom merupakan satu dari empat perguruan tinggi dari Jawa Barat yang lolos ke Final KRCI 2008. Tiga lainnya Institut Teknologi Bandung, Politeknik Bandung, dan Universitas Indonesia. Namun, hanya Unikom satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang meloloskan wakilnya ke seluruh divisi (kategori) lomba yaitu Senior Beroda, Senior Berkaki, Expert Single, dan Expert Swarm. Keempat tim itu adalah Du 114-V8, NexT 116, iQrU-112, dan DU-102.
Wajarlah jika Rektor Unikom Eddy Soeryanto Soegoto optimis, keempat timnya mampu meraih gelar juara pada semua divisi di KRCI 2008 ini. Optimisme ini muncul mengingat gemilangnya prestasi tim robot Unikom pada seleksi tingkat Regional II (DKI Jakarta, Banten dan Jabar). Tim ini menyapu bersih perolehan juara pada empat kategori. Tahun lalu, Unikom berhasil merebut dua gelar juara pada Divisi Senior Beroda dan Senior Berkaki.
Eddy pun berjanji memberikan penghargaan khusus berupa beasiswa dan fasilitas pendidikan lainnya bagi mahasiswa dan dosen yang sukses mengantarkan tim ini sebagai juara. Sejak 2005, robotika menjadi salah satu kelompok keahlian unggulan di Unikom. Di kampus ini didirikan pula unit kegiatan mahasiswa bernama Divisi Robotika dan kini menjadi salah satu UKM favorit mahasiswa. Bahkan, laboratorium ini dilindungi dengan akses kontrol. Hanya pemegang akses saja yang bisa masuk.(Kompas Daily Copyright, Publish @ 30/5/2008))

Tuesday, May 27, 2008

Phoenix probe's descent to Mars




Orbiter captures Phoenix probe's descent to Mars


By Irene Klotz


PASADENA, California (Reuters) - A sharp-eyed Mars orbiter snapped an image of sister probe Phoenix descending through Martian skies toward a polar landing site to search for water and assess conditions for life, mission managers said on Monday.

Phoenix touched down at 4:53 p.m. PDT (7:53 p.m. EDT/2353 GMT) on Sunday, becoming the first spacecraft to reach a polar region of Mars. Problems during descent doomed NASA's first polar lander in 1999.

The unprecedented image, taken by the Mars Reconnaissance Orbiter as a result of careful planning and good luck, shows the small probe dangling beneath its parachute.

Features of the planet's face, including polygon-shaped patterns in the frozen arctic soil, can be seen faintly in the background.

The shapes are of interest to scientists who plan to use Phoenix to dig beneath what is expected to be a thin layer of soil to sample underlying ice. They want to learn if the water was ever liquid, which is believed to be necessary for life.

So far, the Phoenix science team has had only a tantalizing glimpse of the landing site from an onboard camera that has completed only a low-resolution sliver of a planned 360-degree panoramic image.

The probe is using two satellites -- Mars Reconnaissance Orbiter and Mars Odyssey -- to communicate with controllers on Earth.


"We're particularly interested in seeing what's in our digging area," lead scientist Peter Smith told reporters at the Jet Propulsion Laboratory in Pasadena, which oversees the mission.

Cracks in the ground are a sign of changes in underlying ice, Smith said. Scientists believe the cracks are fresh because they are not covered with the fine red dust that permeates Mars' atmosphere.

Checks on Phoenix science instruments and an assessment of the landing site will continue throughout the week. Science operations, which are being overseen by the University of Arizona in Tucson, are expected to begin in June.

Phoenix completed a 10-month, 420-million-mile (676-million-km) voyage from Earth with a do-or-die plunge through the Mars atmosphere and a safe touchdown in the northern Arctic circle.

Over the next three months, scientists want to bore into the ground and study water and soil samples to determine if conditions were suitable to support life.

In addition to determining if the water was ever liquid, scientists want to find out if it holds any organic matter.

The Viking landers in the 1970s and early 1980s conducted similar tests on surface soils. Scientists later determined solar radiation, which flows virtually unimpeded by the planet's thin atmosphere, creates a sterile environment as it bombards the ground.

Subsurface conditions, however, might provide habitats for microbes and bacterial life to flourish on Mars, as they do in extreme environments on Earth.

For the past decade, NASA has been searching for signs of past water on Mars with a fleet of orbiters and a pair of rovers on the ground. The detection of subsurface frozen water in 2002 by Mars Odyssey prompted scientists to propose the Phoenix mission to investigate.

(Editing by Eric Walsh)


Source : Reuters

No Yulvi Wrote this time...Give it to the Pro...

Iptek
Ninok Leksono
PHOENIX DAN KESENJANGAN BUMI-LANGIT

"Hanya lima dari 11 upaya pendaratan (wahana dari) planet kita di
Planet Merah (Mars) yang berhasil. Dalam mengeksplorasi alam semesta,
kita menerima risiko (tersebut) sebagai ganti dari imbalan ilmiah
besar." Ed Weiler, Wakil Administratur NASA (www.nasa.gov).
Setelah melanglang semesta sejauh hampir 700.000.000 kilometer,
wahana antariksa Phoenix, yang diluncurkan 4 Agustus 2007, Senin
(26/5) pagi WIB mendarat di Planet Mars. Phoenix-dari nama burung
perkasa dalam mitologi-mendarat di kutub utara Mars untuk menguji satu
lokasi yang diduga menyimpan air beku yang bisa dijangkau oleh lengan
robotnya.
Inilah prestasi antariksa yang kembali ditorehkan AS. Meski misi
ke Mars bukan yang pertama, misi kali ini memiliki kerumitan
tersendiri. Phoenix lolos setelah harus melalui fase akhir sebelum
mendarat (descent) yang tidak mudah.
Phoenix segera mengirimkan berita melalui sinyal radio ke Bumi.
Sinyal berkecepatan cahaya 300.000 kilometer per detik perlu sekitar
15 menit untuk menempuh jarak dari Mars keBumi setelah direlai via
wahana orbit Mars Odyssey. Di Bumi, sinyal diterima di stasiun antena
Deep Space Network, Goldstone, California.
Inilah pertama kalinya dalam 32 tahun, juga ketiga kalinya dalam
sejarah, tim dari Jet Propulsion Laboratory (JPL) yang berpusat di
Pasadena, Californa, berhasil mendaratkan secara mulus wahana
antariksa di Mars, kata Administratur NASA Michael Griffin. Pendaratan
terakhir adalah Viking 2 pada tahun 1976. Selain JPL yang dikelola
NASA, pihak lain di AS yang ambil bagian dalam misi kali ini adalah
Lockheed Martin Space Systems di Denver dan University of Arizona di
Tucson.
Selama penerbangan ratusan juta kilometer dari Bumi, Phoenix
mengandalkan kebutuhan listrik pada tingkat (roket) jelajah. Roket ini
dilepaskan tujuh menit sebelum wahana pendarat Phoenix yang dibungkus
dalam selubung pelindung panas memasuki atmosfer Mars. Sejak itu
kebutuhan listrik ditanggung baterai sampai sepasang panelsurya milik
Phoenix direntangkan.
"Pendaratan yang menggetarkan!," kata Peter Smith, penanggung
jawab utama misi Phoenix dari University of Arizona. Namun, setelah
pendaratan masih harus dipastikan bahwa lengan robot sepanjang 2,5
meter yang dibutuhkan untuk mengambil contoh tanah dan es untuk
diteliti bisa dioperasikan.
Komitmen antariksa
Keberhasilan Phoenix menegaskan, meski ada pelbagai problem dunia,
seperti minyak dan pangan, yang dihadapi umat manusia hari-hari ini,
komitmen penelitian antariksa terbukti tidak surut. Negara-negara maju-
sesuai kemampuan masing-masing-tidak ingin ketinggalan dalam ikhtiar
mencari jawab teka-teki semesta dan kehidupan.
Menyusul penemuan wahana Mars Odyssey pada tahun 2002 tentang air
beku di kawasan lintang tinggi Mars, muncul ide untuk menyelidiki hal
itu lebih dalam. Phoenix adalah jawabannya. Itu sebabnya, wahana
pendarat ini dilengkapi dengan instrumen ilmiah untuk memastikan dalam
tiga bulan ke depan, apakah es di bawah permukaan pernah mencair dan
apakah sejumlah bahan kimia yang menjadi bahan baku kehidupan bisa
lestari di tanah beku.
Itu, menurut JPL NASA, merupakan pertanyaan kunci dalam
mengevaluasi apakah lingkungan di Mars selama ini cocok (favorable)
untuk menopang kehidupan tingkat mikrobial.
Ditempatkan dalam kerangka lebih luas, mencari kehidupan luar
Bumi, seolah menjadi upaya kodrati umat manusia yangingin mendapat
konfirmasi apakah dirinya satu-satunya kehidupan cerdas di alam
semesta. Boleh jadi umat manusia sejauh ini berada dalam situasi yang
mudah membawanya dalam dua sikap berlawanan. Pada satu sisi, planet
yang bisa menopang kehidupan seperti yang ada di Bumi amat langka,
bisa jadi pula satu-satunya, di alam semesta.
Pada sisi lain, pandangan itu bisa terasa arogan mengingat di alam
semesta ada triliunan bintang sehingga terlalu dini untuk menyimpulkan
tidak ada kehidupan cerdas di planet lain.
Untuk menjawab pertanyaan fundamental-dan bahkan filosofis
tersebut-dibutuhkan dedikasi dan investasi. AS, juga negara maju lain,
mengeluarkan dana miliaran dollar untuk membangun stasiun angkasa ISS
untuk basis penelitian antariksa jauh. Untuk Mars, AS bahkan
mempersiapkan eksplorasi selama bertahun-tahun, mengumpulkan data dan
informasi dari wahana yang diluncurkan sebelum ini, yakni Mars Odyssey
dan Mars Reconnaissance Orbiter. Dana memang banyak dibutuhkan. Untuk
misi Phoenix saja biayanya 386 juta dollar AS, atau sekitar Rp 3,6
triliun (Leonard David, Space.com, 10/1/2007).
Tantangan teknologi dan finansial selalu saja terjawab. Visi
mengenai tantangan masa depan umat manusia ikut membentuk munculnya
kebijakan yang tampaknya tidak dikaitkan urusan hidup sehari-hari di
atas.

Kesenjangan bumi-langit
AS dalam misi Phoenix menggalang kerja sama luas mengingat
kompleksnya teknologi yang terlibat dan luasnya cakupan misi. Selain
ketiga lembaga di AS, masih ada Kanada (Canadian Space Agency) yang
memasok stasiun cuaca bagi Phoenix, yang juga diharapkan memberikan
info tentang perubahan iklim yang diduga pernah terjadi di Mars. Juga
Universitas Neuchatel, Swiss; juga ada Universitas Copenhagen dan
Aarhus, Denmark; Institut Max Planck, Jerman; dan Institut Meteorologi
Finlandia.
Untuk urusan ilmu pengetahuan, umat manusia sering dapat bersatu,
bekerja sama menjawab tantangan bersama. Dengan upaya semacam itu,
sejauh ini telah dicapai prestasi ilmiah besar di berbagai bidang
sains.
Ketika manusia kini dihadapkan pada tantangan survival yang tak
ringan, khususnya soal pangan, energi, dan lingkungan hidup, semangat
kerja sama itu pula yang seharusnya mewarnai upaya manusia. Namun,
tampaknya justru di bidang-bidang di atas manusia memperlihatkan
egoisme nasionalistik.
Pada sisi lain, meskipun kerja sama ilmiah tampak lebih mudah
dibangun di bidang antariksa, tingkat kemampuan yang ada bisa
diibaratkan antara bumi dan langit. Negara berkembang seperti
Indonesia tentu saja sekarang ini hanya bisa melihat dengan takjub
bahwa justru ketika ia sedang dihadapkan pada urusan kebutuhan dasar,
negara maju berhasil mendaratkan wahananya di Planet Mars.
Tanpa melupakan langkah-langkah yang dibuat Lembaga Penerbangan
dan Antariksa Nasional (Lapan), kita melihat dengan gamblang
kesenjangan itu, betapa negara adidaya AS telah mencapai penguasaan
iptek antariksa yang sedemikian jauhnya, sementara kita belum beranjak
dari urusan pemenuhan kebutuhan dasar.

Source : Kompas Daily, Wednesday, May 28, 2008.

Phoenix Lands on Mars!

Phoenix Lands on Mars!

May 25, 2008: NASA's Phoenix spacecraft landed in the northern polar region of Mars Sunday to begin three months of examining a site chosen for its likelihood of having frozen water within reach of the lander's robotic arm.

Radio signals received at 4:53:44 p.m. Pacific Time (7:53:44 p.m. Eastern Time) confirmed the Phoenix Mars Lander had survived its difficult final descent and touchdown 15 minutes earlier. The signals took that long to travel from Mars to Earth at the speed of light.

Mission team members at NASA's Jet Propulsion Laboratory, Pasadena, Calif.; Lockheed Martin Space Systems, Denver; and the University of Arizona, Tucson, cheered confirmation of the landing and eagerly awaited further information from Phoenix later Sunday night.

Among those in the JPL control room was NASA Administrator Michael Griffin, who noted this was the first successful Mars landing without airbags since Viking 2 in 1976.

"For the first time in 32 years, and only the third time in history, a JPL team has carried out a soft landing on Mars," Griffin said. "I couldn't be happier to be here to witness this incredible achievement."

During its 422-million-mile flight from Earth to Mars after launching on Aug. 4, 2007, Phoenix relied on electricity from solar panels. The cruise stage with those solar panels was jettisoned seven minutes before the lander, encased in a protective shell, entered the Martian atmosphere. Batteries will now provide electricity until the lander's own pair of solar arrays spread open.

"We've passed the hardest part and we're breathing again, but we still need to see that Phoenix has opened its solar arrays and begun generating power," said JPL's Barry Goldstein, the Phoenix project manager. If all goes well, engineers will learn the status of the solar arrays between 7 and 7:30 p.m. Pacific Time from a Phoenix transmission relayed via NASA's Mars Odyssey orbiter.

[Update: The solar arrays have deployed!]

Above: First pictures beamed back to Earth from Phoenix's arctic landing site. Image credits: NASA/JPL-Calech/University of Arizona. [more]

The team will also be watching for the Sunday night transmission to confirm that masts for the stereo camera and the weather station have swung to their vertical positions.

[Update: The stereo camera and weather station have swung to their vertical positions.]

"What a thrilling landing! But the team is waiting impatiently for the next set of signals that will verify a healthy spacecraft," said Peter Smith of the University of Arizona, principal investigator for the Phoenix mission. "I can hardly contain my enthusiasm. The first landed images of the Martian polar terrain will set the stage for our mission."

Another critical deployment will be the first use of the 7.7-foot-long robotic arm on Phoenix, which will not be attempted for at least two days. Researchers will use the arm during future weeks to get samples of soil and ice into laboratory instruments on the lander deck.

The signal confirming that Phoenix had survived touchdown was relayed via Mars Odyssey and received on Earth at the Goldstone, Calif., antenna station of NASA's Deep Space Network.

Check http://www.nasa.gov/phoenix for updates.

SEND THIS STORY TO A FRIEND

Editor: Dr. Tony Phillips | Credit: Science@NASA

more information

Phoenix --mission home page

Phoenix uses hardware from a spacecraft built for a 2001 launch that was canceled in response to the loss of a similar Mars spacecraft during a 1999 landing attempt. Researchers who proposed the Phoenix mission in 2002 saw the unused spacecraft as a resource for pursuing a new science opportunity. Earlier in 2002, Mars Odyssey discovered that plentiful water ice lies just beneath the surface throughout much of high-latitude Mars. NASA chose the Phoenix proposal over 24 other proposals to become the first endeavor in the Mars Scout program of competitively selected missions.

The Phoenix mission is led by Smith at the University of Arizona with project management at JPL and development partnership at Lockheed Martin, Denver. International contributions come from the Canadian Space Agency; the University of Neuchatel, Switzerland; the universities of Copenhagen and Aarhus, Denmark; Max Planck Institute, Germany; and the Finnish Meteorological Institute.